PROPOSAL PROYEK PEMBANGUNAN
MESS BURUH DAN RUMAH TRANSIT UNTUK
BURUH MIGRAN
KEUSKUPAN AGUNG PALEMBANG
1. Nama Proyek : PEMBANGUNAN
MESS BURUH
2. Tanggal Permohonan : ………….. 2013
3. Lokasi Proyek : Gasing, Kab.
Banyuasin, Palembang, Sumatera Selatan
4. Sasaran Kegiatan :
Keluarga-keluarga Buruh Katolik Pabrik Karet PT Bintang
Gasing Persada
5. Nama Pemohon : Rm Antonius Dwi
Pramono SCJ
Devisi Buruh Migran Keuskupan Agung Palembang
Alamat :
Kantor Pansos Bodronoyo, Jl. Kol Atmo, No 52/1114
6. Penanggungjawab : Rm. Rakidi Pr (Pastor Paroki St Stefanus,
Talang Betutu)
7. Panintia Pelaksana : Rm. Antonius Dwi
Pramono SCJ
8. Dana yang dimohon : Rp. 380.030.000
Swadaya : Rp. ----
Total Biaya :
Rp. 380.030.000
9. Maksud dan Tujuan Proyek:
Pembangunan
mess ini dimaksudkan pertama-tama untuk menampung keluarga-keluarga buruh
pabrik PT Bintang Gasing Persada yang belum bisa mengusahakan rumah mereka
sendiri. Sebagian besar mereka berasal dari Timor Timur. Sejak Referendum dan
Timor Timur menjadi Timor Leste mereka mereka memilih untuk tetap menjadi Warga
Negara Indonesia. Sudah sejak awal beroperasinya pabrik karet ini hanya menyediakan
fasilitas mess untuk para buruh yang masih bujang atau single di lokasi pabrik,
dan tidak menyediakan mess untuk keluarga. Dalam perkembangan akhir-akhir ini
sejak awal tahun 2012, ada beberapa buruh migran ini membawa serta anak
istrinya ke Palembang. Untuk sementara waktu sampai sekarang ini mereka boleh
tinggal di lokasi pabrik dengan menambah kamar sendiri di salah satu bangunan rumah
kayu (pondok) yang sudah ada. Tentu kondisi ini sangat memprihatinkan dan tidak
layak bagi keluarga-keluarga muda ini dengan anaknya yang masih kacil-kecil. Maka
tujuan utama pembangunan mess ini adalah untuk membantu para keluarga buruh
pabrik yang belum bisa mengusahakan rumah sendiri.
Tujuan yang
lain dari proyek pembangunan mess ini adalah untuk:
1. Pos/pusat pelayanan dan
informasi para buruh migrant perantau Katolik di seluruh Sumsel.
2. Kantor Sekretariat
Paguyuban buruh migrant perantau Katolik
3. Tempat untuk shelter atau
penampungan sementara (transit) mereka yang dari daerah-daerah yang mau pindah
kerja atau pergi-pulang kampung.
4. Di lokasi mess yang akan
dibangun ini juga nantinya dapat didirikan gedung serba guna yang sederhana
untuk tempat berkumpul dan beribadah.
10. Uraian Proyek :
Pembangunan mess
untuk keluarga-keluarga buruh migrant ini akan didirikan di atas tanah milik
Bapak Abraham, seorang karyawan senior ketua kelompok buruh migran dari Timtim.
Tanah seluas 50m x 100m ini letaknya dekat lokasi pabrik PT Bintang Gasing
Persada. Tanah ini adalah tanah hibah/pemberian PT kepada Bapak Abraham yang
tidak akan digunakan dalam jangka panjang yang tidak tentu. Bangunan mess yang
akan didirikan itu nantinya manjadi milik Devisi Buruh Migran Perantau
Keuskupan Agung Palembang, dan karena berada dalam wilayah Paroki St. Stefanus,
Talang Betutu, maka untuk penggunaan dan pemeliharaan bangunan mess ini menjadi
tanggung jawab Pastor Paroki setempat.
11. Lembaga Pelaksana Proyek : Devisi Buruh Migran Perantau
Keuskupan Agung
Palembang.
12. Cara-cara dan langkah
Proyek : Langkah pertama adalah
mengadakan konsolidasi dengan
berbagai pihak
yang terkait, baik dalam paguyuban kelompok Timor sendiri, maupun juga dengan
pihak pabrik dan pemilik tanah lokasi.
Kedua, membuat rancang bangun dan biaya pembangunan. Ketiga, pencarian dana
dari donator, dan keempat, pelaksanaan proyek.
13. Ancaman/kendala : Ancaman/kendala yang
mungkin terjadi adalah kondisi
yang tidak
sehat dan sulit bagi keluarga untuk tinggal di satu kamar kecil ukuran 2x3
meter saja. Manusia batapa pun miskin dan hina tetap mempunyai martabat dan hak
untuk hidup layak. Apabila hasil kerja kerasnya belum bisa untuk untuk memenuhi
standar hidup yang layak, sungguh pantaslah mereka dibantu untuk
mencapainya. Kita tidak bisa menuntut
pihak PT untuk menyediakan mess untuk keluarga-keluarga buruh ini, karena
buruh-buruh lain keluarganya juga tinggal di rumah mereka masing-masing.
14. Indikator keberhasilan : Semakin banyak keluarga-keluarga
buruh migrant yang
terbantu bisa
hidup layak dan merencanakan masa depan keluarganya dengan lebih baik.
15. Lampiran-lampiran
1. Gambar Denah rencana
bangunan mess
2. Rincian Anggaran
Pembangunan
3. Foto-foto kondisi tempat
tinggal keluarga-keluarga buruh yang sekarang
16. Pengiriman Dana Sumbangan
1. Yayasan Sosial Pansos
2. Penanggung Jawab Proyek
3. dll
Palembang,
1 Maret 2012
Menyetujui Pemohon
Rm. Bonifasius Djuana Pr Rm.
Antonius Dwi Pramono SCJ
Direktur Yayasan Pelaksana
Devisi Buruh Migran
Latar Belakang Pastoral Pendampingan
Untuk Buruh Migran Perantau
Berdasarkan mandat dari
Bapak Uskup Agung Palembang, Mgr. Aloysius Sudarso SCJ, dan tugas perutusan
dari Pater Propinsial SCJ, Rm. Andreas Madya Sriyanto SCJ, kami mendapat tugas
untuk memperhatikan dan mendampingi secara pastoral para buruh migran perantau
yang ada di wilayah Keuskupan Agung Palembang pada khususnya. Tugas ini dimulai
sejak bulan September 2011, yaitu dengan mulai mencari kelompok sasaran
pendampingan, sambil menyusun rencana pastoral pendampingan para buruh migran
untuk tahun 2012.
Berdasarkan informasi yang
didapat dari beberapa sumber kami sudah menjumpai beberapa kelompok buruh migrant.
Mereka sebagian besar adalah orang-orang eks pengungsi Timtim yang memilih pro
Indonesia, mereka berasal dari daerah pengungsian di wilayah Kupang dan
Atambua. Mereka semua adalah umat
Katolik yang secara geografis pelayanan pastoral dilayani oleh Paroki St.
Stefanus, Talang Betutu. Kelompok-kelompok yang sudah mendapat pendampingan pastoral
adalah: Buruh migran di Pabrik Karet PT Bintang Gasing Persada di Gasing dan
sekitarnya (93 orang), buruh migran di perkebunan sawit PT Perkindo Makmur di
Gasing laut (25 orang), dan buruh migrant di perkebunan sawit PT Wanna Potensi
Guna di Sekayu, Musi Banyuasin (120 orang). Sebenarnya masih banyak lagi buruh
katolik migran asal Timor ini yang tersebar di wilayah Sumatera Selatan dan sekitarnya.
Berapa banyak jumlah mereka di seluruh Sumatera Selatan dan di tiap kelompok
kerja memang bisa didata, namun karena sering terjadi perpindahan tempat kerja
maka jumlah itu sering tidak pasti.
Sebagian besar para buruh
migran asal Timor ini bekerja di perkebunan sawit dan pabrik karet atau sawit.
Mereka sebagai buruh migran tinggal di komplek di mess-mess yang disediakan
oleh PT dimana bekerja. Situasi dan kondisi yang mereka alami di mess tentunya
apa adanya, ada yang sudah berkeluraga dan punya anak, ada juga yang masih
bujang. Masa depan mereka tidak menentu, dengan kata lain mereka tidak tahu
akan tinggal menetap di mana di masa yang akan datang. Banyak alasan yang
membuat mereka tidak tahu akan nasib mereka di masa yang akan datang, ada yang
memang hanya untuk mencari nafkah di perantauan dengan harapan bisa membantu
keluarga di Timor dan nantinya akan kembali ke Timor. Ada juga dari mereka yang
memang mencari kehidupan baru di perantauan, dengan kata lain mereka tidak
mungkin lagi untuk kembali ke Timor atau Timor Leste.
Setelah beberapa bulan
kami mendampingi mereka, yaitu dengan kunjungan, pembinaan, dan juga merasakan
tinggal di mess bersama mereka, kami sadar bahwa kami tidak bisa berbuat banyak
untuk menjamin kehidupan masa depan mereka selain mendampingi dan membina
mereka supaya dapat menyiapkan diri mereka sendiri mulai sekarang untuk masa
depan mereka. Program-program pendampingan yang sudah kami buat lebih pada
pembinaan dan penyadaran, baik di bidang iman katolik, etos kerja, sosial kemasyarakatan,
dan juga perencanaan ekonomi keluarga. Sebenarnya banyak hal yang bisa dibuat
bila pastoral ini melibatkan suatu tim kerja, sehingga bisa membantu para buruh
dampingan dalam memperjuangkan nasib mereka sebagai buruh harian, dan
lain-lain.
Pastoral ini baru
merupakan penjajagan saja yang sudah berlangsung selama kurang lebih satu tahun.
Saya percaya bahwa untuk bisa menjangkau pelayanan yang lebih luas dan efektif
bagi para buruh migrant di Sumbagsel ini diperlukan suatu Team atau Komisi yang
mantab. Dengan adanya Team atau Komisi maka banyak hal bisa disediakan, baik
itu personalia yang cukup, sarana dan prasarananya. Saya yakin bahwa buruh migrant Katolik di
wilayah Sumsel ini cukup banyak, mungkin ada ratusan orang tersebar di banyak
lokasi perkebunan sawit dan pabrik.
Akhir kata, melalui
proposal ini sebenarnya kami mengajak banyak pihak untuk mulai peduli terhadap
nasib para buruh migran asal Timor ini, bukan maksudnya untuk memanjakan mereka
dengan dengan sarana-sarana pembinaan yang ada, namun semata-mata untuk memberi
semangat dan harapan untuk masa depan mereka. Mereka adalah para pekerja keras
di rantau orang, mau bekerja kasar menjadi buruh di pabrik atau perkebunan demi
kelangsungan hidup mereka. Dan yang penting juga adalah mereka sebagai
orang-orang Katolik yang berasal dari tradisi dan daerah mayoritas katolik kini
harus mengalami hidup di masyarakat mejemuk, kiranya mempinyai tantangan
tersendiri bagi iman mereka, khususnya mereka yang masih muda/bujangan. Kita
berharap bahwa jangan sampai mereka terseret oleh arus pergaulan bebas dengan
orang-orang beragama lain dan akhirnya dengan mudah juga meninggalkan iman
katoliknya. Semoga mereka semua yang mempunyai latar belakang kelam akibat
konflik dan kekerasan pada peristiwa Timor-timur justru dapat membangun diri
sebagai komunitas keadilan dan perdamaian di tengah masyarakat.
Palembang, 1
Maret 2012
Petugas Pastoral Buruh Migran
Rm. Antonius Dwi Pramono SCJ