Minggu, 21 Juli 2013


INFO JPIC DARI PALEMBANG, SUMATERA SELATAN
( Dikirimkan Oleh : Sr. Ruth,SSpS - 14 Sept 2012 )
( Oleh : Rm Anton Pram SCJ )

Sekitar 2 minggu yang lalu ada seorang perempuan muda bernama Windy, ditemukan oleh Polisi dalam
keadaan bingung dan stress di simpang lampu merah Tanjung Api-api, Palembang. Dilihat secara fisik
perempuan muda ini berasal dari NTT. Karena sulit untuk diajak bicara maka seorang polisi menghubungi salah seorang penatua kelompok buruh pabrik karet di Gasing, Palembang, kalau-kalau ada yang mengenalinya.
Sejak saat itu polisi menyerahkan Windy ke kelompok dampingan kami para buruh pabrik asal Timtim itu untuk dirawat dan didampingi.
Awalnya Windy masih sulit untuk diajak bicara namun pelan-pelan
akhirnya bisa sedikit terungkap dari mana dia berasal dan bagaimana bisa
sampai Palembang. Ternyata dia berasal dari Kupang, tepatnya dari Eban
(suku Dawan). Dia merantau sekitar satu setengah tahun yang lalu
bersama temannya, Dian, ke Jakarta. Tidak diketahui siapa itu Dian,
apakah benar temannya atau orang yang hanya mau memanfaatkan
dengan menjual tenaga kerja. Menurut kisahnya, sesampai di Bandara
Jakarta Windy terpisah dengan temannya itu karena ketinggalan pesawat.
Lalu ada orang yang prihatin akan keadaannya dan dibawa ke Medan.
Di Medan Windy disuruh bekerja di sebuah Café. Mungkin karena tidak tahan atau kerena ada masalah, dia
kabur dan mau kembali ke kampung di Kupang. Katanya cuma berjalan kaki (??? – dalam kondisi jiwa yang
labil dan stress) dan sampailah ia di Palembang. Yang memprihatinkan lagi adalah bahwa Windy dalam
keadaan hamil 7 bulan. Hari Rabu kemarin Windy sudah kami bawa ke RS Myria KM 7 untuk diperiksa
kehamilan dan kesehatannya, dengan dibantu oleh Sr Lusiana FCh (JPIC Charitas).
Rencananya kami akan membawa Windy ke Griya Nazaret di Podomoro, tempat untuk menampung
perempuan-perempuan yang hamil di luar nikah milik Yayasan Sosial Pansos, Keuskupan Agung Palembang.
Namun ada perkembangan lain untuk dipertimbangkan, yaitu salah seorang teman kami di mess pabrik
sudah memposting berita tentang Windy di jejaring sosial (Facebook) untuk aksi peduli, dan Puji Tuhan,
ternyata ditemukan saudara-saudaranya yang ada di Surabaya dan juga yang bekerja di Hongkong. Namun
kami harus memastikan bahwa mereka itu adalah benar-benar saudara kandung Windy, dan ternyata benar
Windy sediri mengakui mereka adalah kakak-kakak kandungnya. Dalam pembicaraan dengan kakak-kakak
Windy itu, masih dipertimbangkan langkah apa yang mau diambil demi kebaikan Windy dalam kondisi jiwa yang masih labil dan hamil 7 bulan. Kemungkinan besar akan dijemput sendiri oleh kakaknya dari Surabaya untuk dibawa pulang ke Kupang. Namun itu pun belum pasti bahwa mereka bisa segera datang ke Palembang.
Semoga ada jalan terbaik untuk membantu Sdri Windy ini.

COUNTER WOMEN TRAFFICKING COMMISSION - Ikatan Biarawati Seluruh Indonesia
RANGKUMAN PROSES PENDAMPINGAN DAN PENANGANGAN KORBAN
26
Beberapa hal yang menarik untuk dipelajari dari kasus Windy ini, walaupun belum begitu jelas apa dan
bagaimana penyebab sesungguhnya yang dialami oleh seorang seperti Windy ini.
1. Mungkin saja bahwa yang dikatakan teman Windy itu, Dian,
adalah salah seorang dari jaringan perdangan manusia
(trafficking).
2. Polisi yang menemukan korban orang hilang seperti Windy
ini pun tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantu, apalagi
untuk menyelidiki dan mencari orang-orang yang
menyebabkan penderitaan para wanita seperti Windy ini
yang menjadi korban perdagangan manusia.
3. Windy ditampung sementara di mess pabrik oleh beberapa keluarga Timor di Gasing (kelompok
dampingan kami). Walaupun dalam keadaan miskin dan seadanya, teman-teman di mess rela membantu
untuk Windy semampu mereka. Dalam keadaan kekurangan mereka masih mau membantu sesamanya
yang terlantar.
Demikian sekilas info dari JPIC Palembang. Mungkin ada teman-teman Vivat dari Indonesia Timur, khususnya
Kupang, yang mengenal Windy ini.
Obribado
Rm. Pram SCJ
From: indo-leste-bounces@vivatinternational.or.id
To: indo-leste@vivatinternational.or.id
Rm. Pram, trims u share info ini. Sedih dan prihatin mendengar kisah ini. Windy, seorang perempuan perantau
asal NTT menjadi korban human trafficking. JPIC SCJ sudah melakukan sebuah langkah awal untuk
pendampingan korban dan advokasi bagi korban Windy ini dg menghbungi aparat keamanan, keluarga korban
dan support group community di Palembang. Dalam kolaborasi dan jejaring antara anggota VIVAT dan semua
yg peduli kita bisa berbuat sesuatu bagi para korban seperti Windy ini.
Sekali lagi trims u sharingnya dan salut atas respons romo Pram dalam upaya pendampingan korab itu.
Salam ke Palembang,
paul
--------------------------------------- *********-----------------------------------------
Pater Paul dan Pater Robert,
Trims utk tanggapannya. Dalam kasus Windy ini kami tidak bisa berbuat banyak dalam menggali informasi
secara detail karena kondisi jiwanya yang tidak stabil. Misalnya tentang umur, kemarin ditanya umur berapa
dijawab 25 tahun, hari ini dia menjawab 20 tahun. Ditanya, siapakah Dian yang mengajaknya merantau, dia
hanya jawab: teman. Kita sudah sering mendengar keprihatinan seperti ini, bahwa banyak anak-anak kita dari
NTT dikirim sebagai pekerja ke daerah-daerah lain bahkan ke luar negri. Di kota-kota besar di Sumatera
(Palembang, Jambi, Bengkulu, Riau, dll) kadang saya melihat wanita-wanita dari NTT (dari penampilan fisik sdh
nampak orang NTT) menjadi pembantu rumah tangga, bahkan ada yang di bawah umur. Saya tidak tahu lewat
agen mana mereka bisa sampai di Sumatera. Tentu di NTT ada sindikat/jaringannya yang mancari para pekerja
untuk ke luar daerah. Kelompok ini sangat rentan dalam kondisi kerja mereka. Kita berharap bahwa mereka
mendapat tuan yang baik dalam memperlakukan mereka sebagai pekerja.
Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh Pater Robert tentunya menjadi tugas kita untuk melindungi kaum
lemah dan tak berdaya terhadap para sindikat perdagangan manusia dan penyalur tenaga kerja yang illegal.
COUNTER WOMEN TRAFFICKING COMMISSION - Ikatan Biarawati Seluruh Indonesia
RANGKUMAN PROSES PENDAMPINGAN DAN PENANGANGAN KORBAN
27
Semoga kita nanti setelah bertemu dalam workshop bisa saling mengenal dan membangun jaringan yang
efekstif dari berbagai daerah pelayanan kita masing-masing. Kami di Sumatera belum bisa berbuat banyak
dalam menanggapi kasus-kasus seperti Windy ini, karena memang belum ada tim khusus untuk investigasi dan
advokasi. Semoga saya bisa belajar dari teman-teman VIVAT yang lain dalam membentuk tim advokasi untuk
membantu korban trafficking ini.
Salam dari Palembang.
Rm Pram SCJ
-------------------------------------------------------------------------
Sahabat para buruh dalam peziarahan