Senin, 18 Februari 2008

Cinta


CINTA ITU MEMBERI

Para pengkotbah mengajarkan bahwa CINTA ITU PENGORBANAN. Dengan berapi-api mereka menyatakan bahwa karena cintaNya Allah Bapa mengorbankan Anaknya Yang Tunggal. Karena cintanya Yesus Kristus mengorbankan dirinya. Orang Kristen harus meneladani Allah Bapa, meneladani Yesus Kristus, BERKORBAN. Beberapa pengkotbah alam roh berteriak gagah perkasa dari mimbar gereja, bahwa mereka rela berkorban untuk keselamatan umat manusia, mereka rela masuk neraka demi menyelamatkan orang-orang yang belum percaya. Ketika saya membujuk mereka untuk membuktikan kata-katanya dengan mengorbankan salah satu mobil Mercynya untuk membantu masyarakat Aceh yang dilanda Tsunami dan masyarakat Yogya yang dilanda gempa bumi, mereka diam seribu bahasa. Sebagian diantaranya bahkan bernubuat bahwa bencana yang lebih besar akan datang sebagai hukuman dari Tuhan.

Sepasang kekasih menikah demi CINTA. Karena percaya bahwa cinta itu pengorbanan, maka keduanyapun berlomba saling berkorban. Yang pertama-tama dikorbankan adalah Hubungan baik dengan teman-teman lalu hoby, cita-cita, gaya hidup, pandangan hidup, perasaan dan nilai-nilai. Hal itu teerus berlanjut hingga suatu hari suami istri itu menyadari bahwa semuanya telah dikorbankan sehingga tak ada lagi yang dapat dikorbankan. Namun mereka yain cinta adalah pengorbanan itu sebabnya harus ada yang dikorbankan. Keduanya saling menatap, di benak masing-masing menggelegak pertanyaan yang sama, siapa yang harus dikorbankan duluan? DIRIMU atau DIRIKU? Walau tidak diucapkan namun keduanya sepakat, “LU AJA!”

Sejak hari itu maka suami istri itupun saling mengorbankan. Istri mengorbankan suami sementara suami mengorbankan istri, kekasih mengorbankan kekasih. Mereka lakukan itu demi cinta, karena sejak semula para pengkotbah mengajarkan bahwa CINTA ITU PENGORBANAN.

Kenapa suami istri selingkuh? Kenapa kekasih selingkuh? Kenapa perselingkuhan terjadi di mana-mana? Apabila anda bertanya kepada para peselingkuh, kenapa mereka selingkuh? Maka mereka akan menjawab, “Karena aku tergoda!” Apabila anda bertanya kenapa mereka tetap mempertahankan selingkuhannya walaupun tahu itu salah? Mereka akan memberi banyak sekali jawaban, mereka akan menyalahkan kekasihnya guna membenarkan diri sendiri. Apapun jawaban yang diberikan namun intisarinya tetap sama, “KARENA SELINGKUH ITU INDAH.”

SELINGKUH dimulai dengan CINTA DIRI. Selingkuh dimulai dengan keinginan untuk menyenangkan diri sendiri. Ketika selingkuh, peselingkuh tidak merasa wajib untuk membuat pasangannya bahagia apalagi berkorban untuk kebahagiaan selingkuhannya. Dia bahkan MENUNTUT selingkuhannya untuk mem-BAHAGIA-kan dirinya. YOU HAVE TO MAKE ME HAPPY or I GET SOMEBODY ELSE!

SELINGKUH lebih indah dari PERKAWINAN. Itu alasan kenapa orang selingkuh. Bila selingkuh tidak lebih indah dari perkawinan, mustahil orang mempertahankan selingkuhannya. Kenapa SELINGKUH lebih indah dari PERKAWINAN? Karena ketika mencintai diri sendiri, secara otomatis dia mencintai orang lain. Ketika MENUNTUT yang terbaik bagi dirinya sendiri, tanpa disadarinya dia juga MEMBERI yang terbaik dari dirinya. Ketika selingkuh orang saling memberi, di dalam perkawinan orang saling berkorban. Ketika selingkuh orang saling memikat di dalam perkawinan suami istri saling mengikat.

Pasangan selingkuh saling KASMARAN. Kasmaran adalah perasaan nyaman dan nikmat ketika kita bersama seseorang. Pasangan selingkuh saling BIRAHI. Pasangan selingkuh saling memikat. Pasangan selingkuh saling terpikat. Pasangan selingkuh saling menuntut yang terbaik dari selingkuhannya. Pasangan selingkuh saling memberi yang terbaik dari dirinya. Bila kondisi-kondisi tersebut tidak terpenuhi maka selingkuhan itupun bubar.

CINTA TANPA SYARAT

Manusia adalah makluk cinta. Kodrat manusia adalah mencintai dan dicintai. Mencintai diri sendiri dan sesama serta dicintai diri sendiri dan sesama. Semuanya bermula dari diri sendiri. Cinta itu tanpa SYARAT. Anda tidak mau mencintai diri sendiri karena anda menentukan syarat bagi diri sendiri untuk dicintai. Ketika membuat syarat bagi diri sendiri untuk dicintai, maka anda juga akan membuat syarat bagi orang lain untuk dicintai.

Saya akan mencintai diri sendiri bila diriku secantik ……..
Saya akan mencintai diri sendiri bila diriku seganteng ……
Saya akan mencintai diri sendiri bila diriku sepandai ……
Saya akan mencintai diri sendiri bila diriku sekaya ……
Saya akan mencintai diri sendiri bila diriku seberbakat ……
Saya akan mencintai diri sendiri bila rambutku seindah ……
Saya akan mencintai diri sendiri bila tubuhku sesexi ……
Saya akan mencintai diri sendiri bila ototku sekekar ……

Saya tidak mencintai diri sendiri, karena diri saya tidak memenuhi syarat untuk dicintai. Penampilan fisik saya tidak memenuhi syarat untuk dicintai. Talenta saya tidak memenuhi syarat untuk dicintai. Kekayaan dan status sosial saya tidak memenuhi syarat untuk dicintai. Ketika membuat syarat untuk mencintai diri sendiri anda sama sekali tidak berusaha memacu diri untuk memenuhi semua syarat tersebut karena anda hanya menggunakannya sebagai alasan untuk mengeraskan hati, membenarkan diri yang tidak mau mencintai diri sendiri.

Mustahil mencintai orang lain, bila anda tidak mencintai diri sendiri. Mustahil mampu mencintai orang lain bila tidak mampu mencintai diri sendiri. Mustahil orang lain mampu mencintai anda bila anda sendiri tidak mampu mencintai diri sendiri.

Mustahil cinta diri, bila tidak membelikannya pakaian yang indah
Mustahil cinta diri, bila tidak membelikannya perhiasan yang indah
Mustahil cinta diri, bila tidak mengajaknya pergi ke tempat-tempat indah
Mustahil cinta diri, bila tidak memanjakannya dengan kenikmatan
Mustahil cinta diri, bila tidak memberinya banyak uang

Saya tidak mencintai diri sendiri, karena tidak mampu mencintainya dengan CARA TERTENTU. Ketika menentukan cara untuk mencintai diri sendiri maka pada saat yang bersamaan andapun menentukan CARA bagi orang lain untuk mencintai diri anda dan menentukan Cara untuk untuk mencintai orang lain.

Sekali anda menentukan CARA untuk mencintai diri sendiri, maka anda membuat SYARAT untuk merasa BAHAGIA. Sekali anda menentukan syarat untuk merasa bahagia, maka andapun menentukan syarat bagi orang lain untuk merasa bahagia. Sekali syarat untuk merasa bahagia ditentukan, maka anda akan melarang diri untuk marasa bahagia sebelum syaratnya dipenuhi. Sekali anda menentukan syarat bagi orang lain untuk merasa bahagia maka anda akan iri hati ketika melihat orang lain merasa bahagia tanpa memenuhi syarat yang anda tentukan, selanjutnya anda akan melarangnya untuk berbahagia.

Karena tidak mau bahagia maka mustahil orang lain mampu membahagiakan anda. Karena diri sendiri tidak bahagia, maka mustahil anda membahagiakan orang lain, bahkan membiarkan orang lain merasa bahagia.

Di dalam pesawat terbang, di dalam lembaran petunjuk keselamatan tertulis, “Ketika tekanan udara turun, masker oksigen akan jatuh secara otomatis, kenakanlah masker oksigen, sebelum anda membantu orang lain.”

SELAMATKAN DIRI SENDIRI, SEBELUM MENYELAMATKAN ORANG LAIN. Anda tidak dapat menyelamatkan orang lain bila anda sendiri belum selamat. Mustahil membuat orang lain bahagia bila anda sendiri tidak bahagia dan merasa bahagia ketika melihat orang lain bahagia.

Tidak ada komentar: