Minggu, 06 Januari 2013

PROPOSAL PROYEK PEMBANGUNAN MESS BURUH DAN RUMAH TRANSIT UNTUK BURUH MIGRAN KEUSKUPAN AGUNG PALEMBANG



PROPOSAL PROYEK PEMBANGUNAN
MESS BURUH DAN RUMAH TRANSIT UNTUK BURUH MIGRAN
KEUSKUPAN AGUNG PALEMBANG


1.      Nama Proyek                             : PEMBANGUNAN MESS BURUH
2.      Tanggal Permohonan                  : ………….. 2013
3.      Lokasi Proyek                            : Gasing, Kab. Banyuasin, Palembang, Sumatera Selatan
4.      Sasaran Kegiatan                        : Keluarga-keluarga Buruh Katolik Pabrik Karet PT Bintang
  Gasing Persada
5.      Nama Pemohon                            : Rm Antonius Dwi Pramono SCJ
  Devisi Buruh Migran Keuskupan Agung Palembang
Alamat                                          : Kantor Pansos Bodronoyo, Jl. Kol Atmo, No 52/1114
6.       Penanggungjawab                       : Rm. Rakidi Pr (Pastor Paroki St Stefanus, Talang Betutu)
7.      Panintia Pelaksana                        : Rm. Antonius Dwi Pramono SCJ
8.      Dana yang dimohon                      : Rp.     380.030.000
Swadaya                                       : Rp.     ----
Total Biaya                                    : Rp.     380.030.000

9.      Maksud dan Tujuan Proyek:

Pembangunan mess ini dimaksudkan pertama-tama untuk menampung keluarga-keluarga buruh pabrik PT Bintang Gasing Persada yang belum bisa mengusahakan rumah mereka sendiri. Sebagian besar mereka berasal dari Timor Timur. Sejak Referendum dan Timor Timur menjadi Timor Leste mereka mereka memilih untuk tetap menjadi Warga Negara Indonesia. Sudah sejak awal beroperasinya pabrik karet ini hanya menyediakan fasilitas mess untuk para buruh yang masih bujang atau single di lokasi pabrik, dan tidak menyediakan mess untuk keluarga. Dalam perkembangan akhir-akhir ini sejak awal tahun 2012, ada beberapa buruh migran ini membawa serta anak istrinya ke Palembang. Untuk sementara waktu sampai sekarang ini mereka boleh tinggal di lokasi pabrik dengan menambah kamar sendiri di salah satu bangunan rumah kayu (pondok) yang sudah ada. Tentu kondisi ini sangat memprihatinkan dan tidak layak bagi keluarga-keluarga muda ini dengan anaknya yang masih kacil-kecil. Maka tujuan utama pembangunan mess ini adalah untuk membantu para keluarga buruh pabrik yang belum bisa mengusahakan rumah sendiri.
Tujuan yang lain dari proyek pembangunan mess ini adalah untuk:
1.      Pos/pusat pelayanan dan informasi para buruh migrant perantau Katolik di seluruh Sumsel.
2.      Kantor Sekretariat Paguyuban buruh migrant perantau Katolik
3.      Tempat untuk shelter atau penampungan sementara (transit) mereka yang dari daerah-daerah yang mau pindah kerja atau pergi-pulang kampung.
4.      Di lokasi mess yang akan dibangun ini juga nantinya dapat didirikan gedung serba guna yang sederhana untuk tempat berkumpul dan beribadah.

10.  Uraian Proyek                               :

Pembangunan mess untuk keluarga-keluarga buruh migrant ini akan didirikan di atas tanah milik Bapak Abraham, seorang karyawan senior ketua kelompok buruh migran dari Timtim. Tanah seluas 50m x 100m ini letaknya dekat lokasi pabrik PT Bintang Gasing Persada. Tanah ini adalah tanah hibah/pemberian PT kepada Bapak Abraham yang tidak akan digunakan dalam jangka panjang yang tidak tentu. Bangunan mess yang akan didirikan itu nantinya manjadi milik Devisi Buruh Migran Perantau Keuskupan Agung Palembang, dan karena berada dalam wilayah Paroki St. Stefanus, Talang Betutu, maka untuk penggunaan dan pemeliharaan bangunan mess ini menjadi tanggung jawab Pastor Paroki setempat.

11.  Lembaga Pelaksana Proyek          : Devisi Buruh Migran Perantau Keuskupan Agung
                                                      Palembang.

12.  Cara-cara dan langkah Proyek     : Langkah pertama adalah mengadakan konsolidasi dengan
berbagai pihak yang terkait, baik dalam paguyuban kelompok Timor sendiri, maupun juga dengan pihak pabrik dan  pemilik tanah lokasi. Kedua, membuat rancang bangun dan biaya pembangunan. Ketiga, pencarian dana dari donator, dan keempat, pelaksanaan proyek.

13.  Ancaman/kendala                         : Ancaman/kendala yang mungkin terjadi adalah kondisi
yang tidak sehat dan sulit bagi keluarga untuk tinggal di satu kamar kecil ukuran 2x3 meter saja. Manusia batapa pun miskin dan hina tetap mempunyai martabat dan hak untuk hidup layak. Apabila hasil kerja kerasnya belum bisa untuk untuk memenuhi standar hidup yang layak, sungguh pantaslah mereka dibantu untuk mencapainya.  Kita tidak bisa menuntut pihak PT untuk menyediakan mess untuk keluarga-keluarga buruh ini, karena buruh-buruh lain keluarganya juga tinggal di rumah mereka masing-masing.

14.  Indikator keberhasilan                  : Semakin banyak keluarga-keluarga buruh migrant yang
terbantu bisa hidup layak dan merencanakan masa depan keluarganya dengan lebih baik.
15.  Lampiran-lampiran

1.      Gambar Denah rencana bangunan mess
2.      Rincian Anggaran Pembangunan
3.      Foto-foto kondisi tempat tinggal keluarga-keluarga buruh yang sekarang

16.  Pengiriman Dana Sumbangan
1.      Yayasan Sosial Pansos
2.      Penanggung Jawab Proyek
3.      dll



                                                                                          Palembang, 1  Maret  2012
Menyetujui                                                                               Pemohon


Rm. Bonifasius Djuana Pr                                                       Rm. Antonius Dwi Pramono SCJ
        Direktur Yayasan                                                                        Pelaksana Devisi Buruh Migran








Latar Belakang Pastoral Pendampingan
Untuk Buruh Migran Perantau

Berdasarkan mandat dari Bapak Uskup Agung Palembang, Mgr. Aloysius Sudarso SCJ, dan tugas perutusan dari Pater Propinsial SCJ, Rm. Andreas Madya Sriyanto SCJ, kami mendapat tugas untuk memperhatikan dan mendampingi secara pastoral para buruh migran perantau yang ada di wilayah Keuskupan Agung Palembang pada khususnya. Tugas ini dimulai sejak bulan September 2011, yaitu dengan mulai mencari kelompok sasaran pendampingan, sambil menyusun rencana pastoral pendampingan para buruh migran untuk tahun 2012.

Berdasarkan informasi yang didapat dari beberapa sumber kami sudah menjumpai beberapa kelompok buruh migrant. Mereka sebagian besar adalah orang-orang eks pengungsi Timtim yang memilih pro Indonesia, mereka berasal dari daerah pengungsian di wilayah Kupang dan Atambua.  Mereka semua adalah umat Katolik yang secara geografis pelayanan pastoral dilayani oleh Paroki St. Stefanus, Talang Betutu. Kelompok-kelompok yang sudah mendapat pendampingan pastoral adalah: Buruh migran di Pabrik Karet PT Bintang Gasing Persada di Gasing dan sekitarnya (93 orang), buruh migran di perkebunan sawit PT Perkindo Makmur di Gasing laut (25 orang), dan buruh migrant di perkebunan sawit PT Wanna Potensi Guna di Sekayu, Musi Banyuasin (120 orang). Sebenarnya masih banyak lagi buruh katolik migran asal Timor ini yang tersebar di wilayah Sumatera Selatan dan sekitarnya. Berapa banyak jumlah mereka di seluruh Sumatera Selatan dan di tiap kelompok kerja memang bisa didata, namun karena sering terjadi perpindahan tempat kerja maka jumlah itu sering tidak pasti.

Sebagian besar para buruh migran asal Timor ini bekerja di perkebunan sawit dan pabrik karet atau sawit. Mereka sebagai buruh migran tinggal di komplek di mess-mess yang disediakan oleh PT dimana bekerja. Situasi dan kondisi yang mereka alami di mess tentunya apa adanya, ada yang sudah berkeluraga dan punya anak, ada juga yang masih bujang. Masa depan mereka tidak menentu, dengan kata lain mereka tidak tahu akan tinggal menetap di mana di masa yang akan datang. Banyak alasan yang membuat mereka tidak tahu akan nasib mereka di masa yang akan datang, ada yang memang hanya untuk mencari nafkah di perantauan dengan harapan bisa membantu keluarga di Timor dan nantinya akan kembali ke Timor. Ada juga dari mereka yang memang mencari kehidupan baru di perantauan, dengan kata lain mereka tidak mungkin lagi untuk kembali ke Timor atau Timor Leste.

Setelah beberapa bulan kami mendampingi mereka, yaitu dengan kunjungan, pembinaan, dan juga merasakan tinggal di mess bersama mereka, kami sadar bahwa kami tidak bisa berbuat banyak untuk menjamin kehidupan masa depan mereka selain mendampingi dan membina mereka supaya dapat menyiapkan diri mereka sendiri mulai sekarang untuk masa depan mereka. Program-program pendampingan yang sudah kami buat lebih pada pembinaan dan penyadaran, baik di bidang iman katolik, etos kerja, sosial kemasyarakatan, dan juga perencanaan ekonomi keluarga. Sebenarnya banyak hal yang bisa dibuat bila pastoral ini melibatkan suatu tim kerja, sehingga bisa membantu para buruh dampingan dalam memperjuangkan nasib mereka sebagai buruh harian, dan lain-lain.

Pastoral ini baru merupakan penjajagan saja yang sudah berlangsung selama kurang lebih satu tahun. Saya percaya bahwa untuk bisa menjangkau pelayanan yang lebih luas dan efektif bagi para buruh migrant di Sumbagsel ini diperlukan suatu Team atau Komisi yang mantab. Dengan adanya Team atau Komisi maka banyak hal bisa disediakan, baik itu personalia yang cukup, sarana dan prasarananya.  Saya yakin bahwa buruh migrant Katolik di wilayah Sumsel ini cukup banyak, mungkin ada ratusan orang tersebar di banyak lokasi perkebunan sawit dan pabrik.
Akhir kata, melalui proposal ini sebenarnya kami mengajak banyak pihak untuk mulai peduli terhadap nasib para buruh migran asal Timor ini, bukan maksudnya untuk memanjakan mereka dengan dengan sarana-sarana pembinaan yang ada, namun semata-mata untuk memberi semangat dan harapan untuk masa depan mereka. Mereka adalah para pekerja keras di rantau orang, mau bekerja kasar menjadi buruh di pabrik atau perkebunan demi kelangsungan hidup mereka. Dan yang penting juga adalah mereka sebagai orang-orang Katolik yang berasal dari tradisi dan daerah mayoritas katolik kini harus mengalami hidup di masyarakat mejemuk, kiranya mempinyai tantangan tersendiri bagi iman mereka, khususnya mereka yang masih muda/bujangan. Kita berharap bahwa jangan sampai mereka terseret oleh arus pergaulan bebas dengan orang-orang beragama lain dan akhirnya dengan mudah juga meninggalkan iman katoliknya. Semoga mereka semua yang mempunyai latar belakang kelam akibat konflik dan kekerasan pada peristiwa Timor-timur justru dapat membangun diri sebagai komunitas keadilan dan perdamaian di tengah masyarakat.



Palembang, 1  Maret  2012

Petugas Pastoral Buruh Migran




Rm. Antonius Dwi Pramono SCJ

1 komentar:

nina purwari mengatakan...

mau nanya pak, gimana soal tanah yang akan dibangun mess? apakh memang sudah tersedia atau jg memohon dana lewat proposal? trims